JATUH BANGUN DALAM LONG DISTANCE RELATIONSHIP

Selama covid-19 pasti banyak pasangan yang harus terpisah, harus menahan rindu, hanya bersua via WhatsApp atau telegram mungkin jadinya mereka mendadak long distance relationship/LDR-an gitu lah yaa hehehe. Tapi bagi Yu Jatri LDR itu bukan dadakan saat pandemic aja. Kalau diinget jauh kebelakang tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan menjalin hubungan jarak jauh seperti sekarang. 

Sudah memasuki tahun ketiga LDR-an memang bikin Yu seakan naik roller coaster. Pertama tentu harus menyesuaikan bahasa dulu. Agak sulit memang tapi namanya cinta dong meskipun bahasa jerapah pun juga dipelajari. Pernah suatu hari berantem macem ikut cerdas cermat bahasa inggris, tapi namanya ini lidah bukan macem lidah maudy ayunda yang lagi viral berantem di IG nih akhirnya Yu menggunakan bahasa jawa dan dia pakai bahasa Persia. Mungkin  kalau google translate mengartikan bisa nangis Kali ya. Memang ga saling ngerti bahasa masing-masing tapi auto lega aja. Semenjak kejadian berantem Dua bahasa akhirnya kita memutuskan untuk berdiam diri dulu baru discuss deh. 

Kedua tentunya menyesuaikan waktu. Loh Yu buat apaan kok disesuaikan segala, emang perlu ya? Jawabnya PERLU BANGET. Perbedaan waktu tentunya juga beda aktivitas dong, Yu di Indo sudah bangun berangkat kerja, dia disana masih tidur nyenyak. Yu balik kerja, dia disana masih jam sibuk kerja. Yu mau tidur dianya baru balik kerja dan begitu terus sampai zona waktu kita sama. Sekali lagi harus ada penyesuaian akan waktu. Harus saling mengalah, kadang doi yang ngalah jam kerjanya disita buat telp atau cuma sekedar bales chat atau ga ya Yu harus rela tidur lebih malam. 

Ketiga masalah budaya. Jangankan beda negara, beda province aja kita udah memiliki budaya yang berbeda. Berbagai pandangan dan kultur yang berbeda membuat kita banyak-banyak diskusi nyari jalan tengah sebagai bahan gimana kita membangun hubungan selanjutnya. Jadi penting banget buat kita punya pemahaman tentang Cross Culture Understanding (pengetahuan lintas budaya). Malah perihal lintas budaya ini bisa menguntungkan juga loh, karena bertemunya dua budaya yang berbeda ini membuat peradaban manusia makin berkembang. Sehingga kebudayaan manusia semakin kaya.

Keempat tentu saja perihal keuangan. Siapa sangka ternyata untuk menebus jarak dan waktu kita harus mengeluarkan uang yang cukup banyak juga. Mulai dari ticket pesawat, pengurusan visa, sampe masalah oleh-oleh. 
Bagi yu bukan hanya 3 aspek diatas yang harus dilalui, tapi masih ada aspek memahami keluarga, watak pasangan, economy, dan masih banyak lainnya. Gimana ga coba, mau ketemu aja ngatur jadwalnya udah susah, apalagi belum ngeluarin biaya yang lumayan juga buat bayar DP nikahan. 
Sulit memang, cuma bagaimana pun kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berusaha dan Tuhan yang menentukan. Jadi berbahagialah kalian yang masih bisa ketemu pasangan tiap saat, bisa makan pecel lele bareng pasangan, bisa keliling kota bareng. Terkadang kita ga sadar betapa berarti seseorang sampai kita dipisahkan oleh jarak.  Jadi kalau ada pasangan yang terpisah jarak antara Sukun-Panjen udah sambat kangen LDR-an, ada baiknya kalian gausah coba-coba pacaran lintas negara.

Popular posts from this blog

Staycation di Justmine Villa

Perkenalan Yu Jatri

JULUKAN PECINTA BUKU